KOMITMEN KEPEMIMPINAN

( 27-04-2015 )

Setiap manusia tumbuh dan bekembang tidak lepas dari pengaruh situasi dirinya. Dengan situasi dirinya manusia bisa menggambarkan atau memberi lambang seperti apa dirinya. Demikian juga pengenalan akan Allahnya manusia bisa menggambarkan seperti apa Pribadi yang diimaninya.

 

Yesus menggambarkan  diriNya sebagai seorang gembala dengan menyebutkan bahwa orang yang dipercayakan Allah kepadaNya adalah domba-dombaNya: “Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku.” (Yoh 10: 27) Tugas seorang gembala adalah melindungi domba-dombanya dan sebagaimana ditegaskan oleh Yesus, Ia tidak akan pernah menyerahkan domba-dombaNya yang telah dipercayakan padaNya kepada musuh-musuh yang ingin merampas dan menghancurkannya 

 

Di zaman serba modern ini kita semakin sulit menemukan pemimpin yang baik. Banyak pemimpin terutama para pimpinan politik yang kejam yang hanya memperhatikan interese pribadi dan kelompoknya/partainya. Mereka sangat kurang mempunyai tanggung jawab moral untuk memperhatikan kesejahteraan banyak orang. Zaman  kita sekarang ini sangat kekurangan pemimpin yang populis, rendah hati, mau berkurban  dan yang mau melihat dirinya sebagi servus servorum atau pelayan masyarakat.

 

Dalam kondisi langkanya pemimpin masyarakat yang baik sekarang ini, kita dapat bercermin pada idialisme seorang pemimpin sebagaimana diungkapkan oleh Injil Yohanes 10:27-30. Secara singkat sekali kita diberi gambaran ideal seorang pemimpin sejati, yakni seseorang yang sungguh-sungguh komit dengan tugas perutusan yang diterima dari yang mengutus. Yesus merasakan kesatuanNya dengan Allah yang mengutusNya. Kesatuan substansial ini berbuah pada kesatuan komitmen untuk melaksanakan misi sehingga mereka tidak binasa oleh musuh-musuhnya. Inilah komitmen kepemimpinan: menyejahterakan yang dipimpin dan melepaskan mereka dari ancaman berbagai bahaya kehidupan.

 

Orang Kristen dipanggil terutama untuk menghayati komitmen kepemimpinan Yesus, yakni menyelamatkan dan melindungi. Untuk dapat menjadi pembawa kegembiraan rohani bagi orang lain, seseorang tidak perlu lebih dahulu menjadi orang besar dunia, orang berpangkat atau orang yang mempunyai posisi terhormat dalam masyarakat. Orang Kristen dapat menjadi pemimpin yang real justru dalam hal kecil seperti memberi teladan yang baik bagi masyarakat sekitarnya atau dalam lingkungan kerjanya. Jangan malah seperti yang sering terjadi, kedudukan tinggi malah dijadikan sebagai alat untuk merepresi bawahan, mencari keuntungan dengan korupsi besar-besaran dan menjadi malas bekerja.

 

Yesus meminta setiap orang Kristen, baik yang sederhana maupun yang memiliki kekuasaan untuk menirunya: menyadari kesatuanNya dengan Allah Bapa, dan dengan itu menyadari kesatuan komitmen: setiap orang harus menjadi pemimpin dalam hal melakukan kebaikan dan memerangi kezaliman agar dunia aman dan tenteram. Jika kita orang Kristen berhasil menjadi pemimpin yang baik maka orang akan melihat gambaran yang baik tentang Allah kita. Misalnya: Allah adalah pintu keselamatan, kaki yang kokoh menerjang berbagai rintangan, terang yang mengusir kegelapan dll. (Rm. Kukuh CM)