PAKAILAH UKURAN ALLAH

( 19-02-2019 )

"Saya bisa hidup tanpa Allah!" Ungkapan memprihatinkan seperti ini merupakan buah pemikiran kompromi licik duniawi yang bersifat sementara karena kualitas hidupnya tidak memberikan kebahagiaan yang datang dari keberanian beriman. Hanya mereka yang berani hidup demi dan dari Allah akan mengalami kebahagiaan sejati. Sebaliknya, mereka yang hanya mengandalkan kekuatan dirinya sendiri dan melupakan Allah akan celaka. Seperti ikan mati kalau ada di daratan, begitu pula mereka yang hidup tanpa Allah akan mati di tengah kompromi licik duniawi. Agar tetap hidup, ikan harus kembali ke air, mereka harus berani kembali ke keheningan hatinya untuk menimba kekuatan dari Allah. Dengarkanlah suara apa yang dikatakan hati dalam keheningan tentang semangat dasar yg ada di balik sabda bahagia (miskin, lapar, menangis, dan dibenci) dan kata-kata celaka (kaya, kenyang, tertawa dan dipuji) dalam injil hari ini. (lih. Luk. 6:20-26)

Pada dasarnya injil hari ini menantang kita sebagai pengikut Kristus untuk menjatuhkan pilihan. Kita memilih Allah sebagai pusat, norma, ukuran dan kebenaran injil-Nya atau takluk kepada kekayaan dan penghiburan, kekuasaan dengan kekuatan dan kebohongan yang menyertainya. Dan dunia menjadi saksi kesetiaan atau ketidaksetiaan kita dalam menjatuhkan pilihan.

Bila kita setia memilih Allah demi kerajaan-Nya biarpun kita menderita miskin, lapar-haus, menangis, dibenci dan dikucilkan maka Kristus tidak akan ragu menyebut kita itu 'bahagia'. Sebaliknya, Kristus juga tidak akan  ragu menyebut kita itu  'celaka' kalau hidup kita penuh dengan kepalsuan dan ketidaksetiaan meskipun menurut pandangan dunia hidup kita termasuk hitungan orang kaya, kenyang, ketawa dan dipuji. Memang, ukuran bahagia dan celaka yang dipakai Allah berbeda dengan ukuran yang dipakai dunia. Mengapa demikian? Karena Allah bukan berasal dari dunia ini, demikian pula injil-Nya. Namun karena kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah, maka Roh Allah jualah yang akan membantu kita supaya dapat percaya kepada-Nya dan berani hidup demi dan dari Allah untuk melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya dalam kesaksian hidup dan karya-karya kerasulan kita. Dengan demikian kita akan mengalami kebahagiaan sejati bersama-Nya ditengah gelombang kehidupan ini.

Saudaraku, apa upaya yg dapat Anda lakukan agar semangat dasar memilih ukuran Allah terus menggema dalam seluruh kehidupan Anda, baik dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat? (Hd.)