NETIZEN BAIK, NETIZEN SUKACITA

( 26-01-2019 )


    Para pembaca yang budiman, dalam dunia yang modern sekarang banyak berita dan informasi yang dapat kita temukan secara mudah dan cepat. Hal ini tidak lain karena perkembangan teknologi dan komunikasi yang memudahkan kita untuk mendapatkan berita atau informasi tersebut. Namun seiring perkembangan tersebut muncul pula hal-hal yang "kurang baik." apa saja itu? salah satunya yang kini kita kenal dengan isitilah HOAX. Sebuah informasi yang tidak jelas kebenarannya. Hoax disebarkan oleh mereka yang dikenal dengan istilah netizen jahat.
    Lalu apa hubungan dari semua hal di atas dengan bacaan injil yang kita dengar pada hari minggu ini? Dalam injil pada pagi ini, kita melihat ada dua bagian. Bagian pertama, Lukas dalam penulisannya bertujuan untuk membangun iman umat dengan lebih baik. Ia menulis injil bukan berdasarkan pemikirannya sendiri, melainkan dengan sebuah penyelidikan peristiwa dan penyusunan yang seksama. Sehingga umat yang membaca karangannya dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepada mereka sungguh benar (bdk Luk 1: 3-4). Bagian Kedua, adalah bagian dimana tujuan penulisan Lukas menjadi nyata, ia dalam bagian kedua ini mengisahkan bahwa Yesus dalam sebuah peribadatan di Nazaret membaca gulungan kitab Yesaya dan memberikan pengajaran kepada umat yang hadir. Pengajaran yang tidak lain adalah perutusan-Nya. “Pada hari ini genaplah nas tadi sewaktu kamu mendengarnya.” Nas yang tidak lain berbunyi;
“Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan pengelihatan bagi orang-orang buta; untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang.”
    Singkatnya, Lukas dalam Injil pagi ini menampilkan kepada kita sebuah teladan dalam pewartaan akan kebenaran dan kebaikan dalam kata-kata dan tindakan. Tidak tanggung-tanggung, Lukas menampilkan sosok Yesus sebagai tokoh utama yang mewartakan kebaikan kepada mereka yang miskin dan tertindas. Sebuah pewartaan yang tidak hanya melalui sabda tapi juga melalui perbuatan nyata.
    Jangan sampai dalam setiap tugas, karya dan pelayanan kita sehari-hari, kita menampilkan sosok netizen jahat yang hanya menyebarkan kebohongan, kejahatan dan ketidak-nyamanan sehingga kehadiran kita bagaikan “batu sandungan” bagi yang lain, bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.
    Lalu pertanyaannya bagaimana kita mampu menjadi seorang netizen yang baik? Tidak lain adalah dengan membuka diri, hati dan pikiran untuk mau dibimbing oleh Roh Kudus. Sebagaimana Yesus yang bekerja atas kehendak Bapa-Nya. Membuka diri, hati dan pikiran dalam doa dan keheningan. Dengan doa dan keheningan, kita mampu mengarahkan diri, hati dan pikiran untuk mendengarkan kehendak Allah.
    Oleh sebab itu para pembaca yang budiman, marilah kita dalam minggu ini menjadikan diri kita seorang netizen baik, yang mewartakan sukacita daripada dukacita. Kebenaran daripada sekedar kebohongan belaka. Sehingga kehadiran kita, karya dan pelayanan kita menjadi berkat bagi orang lain, khususnya mereka yang miskin dan terabaikan. Tuhan Yesus memberkati. (AP)