PESONA LITURGI MISA

( 26-01-2019 )

Misa, dalam tata lahirnya, adalah tata perayaan komunitas kristiani dari suatu ritus ibadah resmi Gereja, dipimpin oleh gembala jemaat dan dengan partisipasi aktif umat sesuai tempat dan perannya dalam tata hirarki Gereja.
Ada beragam sebutan untuk misa, masing-masing mengusung makna teologis tersendiri, seperti:  sinaksis (himpunan umat yang berkumpul untuk ibadah ekaristi), perjamuan ekaristi (perjamuan paskah Yahudi yang telah diberi makna baru oleh Yesus dalam perjamuan malam terakhir dan yang diperintahkan-Nya agar dilakukan juga oleh para murid-Nya), kurban ekaristi (perjamuan di mana Yesus memberikan diri-Nya sebagai Anak Domba Allah ganti kurban dalam konsep Yahudi), actio (kegiatan perjamuan bersama), officium / munus / ministerium / liturgi ekaristi (pelayanan ibadah ekaristi), Sancta (merujuk pada hosti suci), Ekaristi (perayaan syukur).  Misa itu sendiri, yang diambil dari rumus pengutusan Ite missa est, menyatakan aspek perutusan dari pesan perayaan Ekaristi.
Namun, untuk dapat mencapai isi batin perayaan Ekaristi, tepatlah bila kita mengenalnya dari ungkapan sakramen yang diberikan Gereja. Dari ungkapan itu tersembunyi makna misteri yang mengundang kerinduan untuk mendekatinya. Kita berharap, dari cara pengenalan ini akan dapat diperoleh cita rasa tremendous yang diperlukan untuk membangun motif, kerinduan dan kehendak menyelenggarakan misa yang baik dengan upaya praktek yang benar dan dalam keindahan penghayatan iman.
Sakramen menyatakan secara efektif dalam tanda apa yang dimaksudkan. Dalam sakramen,  figura  transit  in veritatem, gambaran menjadi kebenaran nyata. Dalam Perayaan Misa, ada beberapa hal pokok yang harus ada untuk sahnya sesuatu disebut Sakramen Ekaristi:
1. Imam adalah pelayan tertahbis sah yang mendapat yurisdiksi dari uskup setempat dan sedang tidak memiliki halangan kanonik.
2. Kata dan Tindakan Imam dalam Ritus. Tahbisan imamat yang diperoleh seorang pastor menjadikan dia dapat bertindak in persona Christi  capitis, yakni melakukan sesuatu atau bertindak atas dan dalam nama Kristus Sang Kepala. Kata-kata dan tindakan imam serupa ini, yang dirumuskan dalam tata ritus tertentu, juga berbobot sah dan menghasilkan produk seperti dimaksudkan (ex opere operato), yaitu roti menjadi tubuh Yesus, anggur menjadi darah Yesus, serta efek keselamatan itu sendiri.
3. Roti, Anggur dan Air. Gereja selalu menggunakan roti dari gandum, tak beragi, masih layak makan dan dapat dipecahkan. Anggur yang digunakan berasal dari buah pohon anggur, harus asli dan murni dan tanpa campuran bahan lain, masih baik dan tidak masam. Air yang dipakai untuk campuran anggur adalah air yang berkualitas baik. 
Apa sebenarnya yang sedang terjadi dalam Perayaan Ekaristi?
1. Ibadah Kudus
Dalam Perayaan Ekaristi terjadi perjumpaan kudus antara manusia dengan Allah. Dengan segala kelemahan / kekurangan dan dosanya, manusia dibolehkan datang untuk menikmati kerahiman Allah dan memuji-Nya, untuk mendengar Sabda-Nya dan memohon penuh iman rahmat keselamatan daripada-Nya, untuk dapat memandang-memegang-menyambut tubuh Kristus yang suci santapan surgawi.
Perayaan Ekaristi merupakan saat perjumpaan antara yang berdosa dengan Yang Kudus, saat manusia yang kecil menyembah Allah yang mahabesar, saat karya keselamatan Allah dihadirkan dan kurban Kristus ditahtakan, saat buah penebusan Kristus disyukuri dan perjamuan surgawi digambarkan dalam harapan. Dalam Perayaan Ekaristi Allah ada dan hadir dalam kekudusann-Nya.
2. Sakramen Ekaristi menyimpan misteri dan sekaligus menampilkan secara efektif karya keselamatan Allah.
Kodrat sakramen memang menyimpan misteri. Dalam misteri, realitas kebenaran tersamar, tidak tampak vulgar tapi dapat didekati, direka, dideteksi. Kebenaran keselamatan ilahi tak dapat tersingkap jelas oleh pikiran dan akal budi, tapi terasa daya kekuatan dan efeknya. Dalam penggunaan bahasa simbol dan kekuatan kata yang menyertainya, kehadiran dan karya keselamatan Allah melalui penebusan Kristus itu dihadirkan kembali secara efektif oleh ibadah agung Gereja ini sepanjang jaman. Perayaan Ekaristi adalah sakramen kasih agung Kristus, Kepala, Gembala dan Mempelai Gereja. Sebagai demikian, Perayaan Ekaristi menampakkan dan menghadirkan keindahan mempesona yang menyelamatkan dari kasih Tuhan kepada manusia.
Implikasinya apa?
1. Perayaan Ekaristi itu sakral, suci, kudus, eskatologis! Seharusnyalah umat datang merayakan misa dengan rasa gemetar, rasa takut akan Allah, dalam semangat tobat dan kemurnian.
2.Perayaan Ekaristi itu ibadah, bukan acara! Merupakan suatu tata perayaan baku yang memang sudah disusun dengan orientasi menghadirkan suasana mulia, agung, solitude. Selayaknya umat mengikuti Perayaan Ekaristi dalam sikap keheningan dan penghayatan iman, motivasi murni untuk beribadah, penuh cita rasa hormat dan berpenampilan pantas.
3. Perayaan Ekaristi adalah perayaan keselamatan kita! Sepantasnyalah kita merayakannya dengan keadaran jiwa yang penuh dan keterlibatan aktif (participatio actuosa), dalam gairah jiwa merindukan sumber hidup, dengan rasa syukur berlimpah dan suka cita yang agung, dengan semangat pengharapan surgawi.
Secara khusus, untuk para pelayan liturgi, apa implikasi praktisnya?
1. Misa harus dipersiapkan serius oleh masing-masing pelayan dan petugas. Artinya: perlu diorganisir, perlu berlatih, perlu dimonitor dan dievaluasi.
2. Karena misa itu peristiwa keselamatan yang suci dan merupakan ibadah resmi bersama, setiap pelayan liturgi hendaklah berprinsip pada tercapainya kualitas dalam pelaksanaan tugas di dalamnya: baik, benar dan indah. Semua prinsip ini hendaklah dicapai dengan semangat penghayatan rohani yang mendalam.
3. Penyelengaraan Perayaan Ekaristi yang baik pada tempat pertama harus memenuhi kriterium benar. Artinya, sesuai dengan dan mentaati pedoman/peraturan/kebijaksanaan yang ada, tidak melanggar / menyimpang. Benar juga berarti membiarkan bahasa liturgi berbicara dari dirinya sendiri melalui kekuatan kata dan simbol, tata gerak, warna dan suasana yang dibangun. Tak perlu bertindak mengurangi atau menambah berlebihan yang tidak perlu. Benar berarti juga disiplin dalam karakter liturgi yang memancarkan kesederhanaan agung, noble simplicity, keheningan mulia, solitude. 
4.  Penyelenggaraan Perayaan Ekaristi yang baik pada level tertinggi berkenaan dengan pencapaian kualitas. Artinya, Perayaan Ekaristi yang baik, tak hanya sekedar memenuhi norma liturgi, melainkan harus diselenggarakan secara sempurna dalam keindahan yang menggetarkan jiwa religius. Kita adalah manusia yang telah diselamatkan oleh karya penebusan Kristus yang indah. Sudah sepantasnya kita beribadah kepada Allah, yang adalah keindahan sejati, juga dengan ibadah yang seindah & semulia mungkin sesuai martabat kita sebagai citra Allah.
5. Karena Perayaan Ekaristi merupakan tindakan dan peristiwa iman, dari pihak pelaku, pelayan dan partisipasinya dituntut sikap dan semangat penghayatan iman yang mendalam. Ini berkenaan dengan pentingnya spiritualitas liturgis di mana setiap partisipan mengekspresikan imannya dan melakukan ibadahnya dalam Roh. Semangat beribadah dalam Roh akan menghindarkan kita dari praktek ritualisme dan seremoni formal, artifisial dan dangkal. Sebaliknya, melalui ekspresi iman kita dibelajarkan bertumbuh dalam kebenaran bahasa nurani, keindahan ungkapan hati dan kemuliaan ekspresi jiwa.