PESTA KELUARGA KUDUS: YESUS, MARIA, YUSUF

( 31-12-2018 )


Di suatu desa dekat lereng Gunung Kelud, hiduplah sebuah keluarga sederhana. Keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak (Bapak Solikin-Ibu Jamiyah, anak :Katidjo,Clara, Jamilah dan  Suwadji). Pasutri Solikin-Jamiyah, setiap minggu mengajak anak-anaknya ke gereja. Rumah keluarga bapak Solikin  biasa dipakai untuk doa Lingkungan. Bapak Solikin termasuk  teguh dalam mendidik anak-anaknya, dari hal-hal kecil misalnya: Kalau anaknya berbicara keras sedikit saja, langsung menegurnya katanya :”Kalau berbicara itu jangan keras-keras, itu tidak sopan.” Jika sedang berjalan dan disitu banyak orang  sedang duduk dipinggir jalan selalu menasehatkan :”Nuwun sewu, nderek langkung.” artinya menghormati orang-orang  yang sedang duduk disitu. Ketika bertemu dengan orang lain, dinasihatkan untuk menyapa lebih dulu.
Bapak Solikin menyerahkan anak-anaknya untuk dibaptis katolik. Bapak Solikin mengajari berdoa kepada anak-anaknya. Bahkan anaknya yang namanya Clara telah masuk Suster Putri Kasih. Panggilannya Suster Clara PK. Tak ketinggalan, Donatus Suwadji anaknya yang bungsu masuk seminari dan menjadi Imam Congregasi Misi sampai sekarang. Donatus Suwadji,CM., bertugas di Paroki St. Maria Gresik. Itulah berkat didikan dan kegigihan keteladanan hidup keluarga Bapak Solikin.
Praktek beribadah sudah lama di teladankan oleh keluarga Elkana dan Hana pada Samuel dalam Perjanjian Lama. Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu (1Sam1:24).
Praktek hidup bangsa Israel, selalu mengajak keluarganya merayakan hari raya Pondok Daun, hari raya Roti Tak Beragi dan hari Raya Paskah Yahudi. Tak ketinggalan keluarga Kudus Nasaret( Yusup-Maria dan Yesus) Pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah Yahudi. Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu (Luk. 2: 41-42)
Mendengarkan didikan Tuhan mestinya menjadi makanan rohani orang beriman. Yesus berumur 12 tahun memberi pencerahan kepada alim ulama Yahudi. Tentu sebelumnya Yesus juga mendapat asuhan yang benar dalam keluarga Nazareth. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka ( Luk.2:46)
Belajar dan mendengarkan Sabda Tuhan, menjadi permenungan dan sikap hidup orang beriman sebelum dirinya sendiri menjadi teladan hidup di tengah keluarga dan  masyarakat. Nasehat pemazmur  “Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau” (Maz. 84:5).  Diam di Rumah Tuhan akan menentramkan batin.
Bila Alkitab dibacakan dalam gereja , Allah sendirilah yang bersabda kepada umatNya, dan Kristus mewartakan kabar baik, sebab Ia hadir dalam Sabda itu. Perlu disadari bahwa masa depan pewartaan Injil sebagian besar bergantung dari Gereja Rumah Tangga. Artinya bagaimana kita sebagai Keluarga sungguh mendasarkan pada Sabda Tuhan dan pada gilirannya kita dapat memberi didikan dalam keluarga kita masing-masing. Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita(1Yoh.3:24).
Kisah keluarga bapak Solikin di atas, menjadi teladan yang selalu mendengarkan sabda Tuhan dan melakukan dalam mengemban tugas sebagai keluarga di tengah masyarakat. 
Marilah keluarga-keluarga kita, kembali pada keteladanan hidup yang bersumber pada Sabda Allah.
Semoga ! ( thomas )