BERCERMIN PADA KEHIDUPAN KELUARGA KUDUS NAZARET

( 31-12-2018 )

Dalam Keluarga Kudus dari Nazaret merupakan contoh teladan bagi setiap keluarga Kristen. Kita harus datang kepada Yesus, Maria dan Yusuf untuk menggali lebih jelas apa peran kita sebagai orang tua dan anak dalam keluarga serta memohon berkat mereka bagi keluarga kita agar dapat hidup sesuai dengan panggilan kita.
Mari kita melihat anggota Keluarga Kudus satu persatu dan apa yang dapat kita timba dari mereka.
Yusuf, suami dan ayah yang patut dicontoh
Yusuf adalah orang terdekat  Yesus dan Maria. Mereka tinggal selama bertahun-tahun satu atap di Nazaret. Sebagai suami, ia menjadi kepala Keluarga Kudus. Baginya tanggungjawab ini tidak mudah karena Yesus dikandung dari Roh Kudus dan Maria adalah Perawan Tak Bernoda. Walaupun tugasnya sangat berat, Yusuf tetap setia pada panggilan hidupnya.
Ketika peran kita sebagai suami dan ayah ditolak dan disangkal dalam kehidupan nyata, Yusuf sebagai panutan untuk memberikan pengertian yang benar.
Yusuf dipilih sebagai suami bagi Maria yang sudah mengandung Yesus karena Roh Kudus. Namun, saat itu ia tidak tahu bagaimana Maria dapat mengandung. Tetapi karena rasa cinta dan hormat yang dimilikinya dan keper-cayaan terhadap Maria serta mengetahui kesalehan Maria, maka ia tidak langsung menarik kesimpulan atau mengambil keputusan tergesa-gesa. Sebaliknya Yusuf berdoa dan mempertimbangkan jalan keluar yang terbaik.
Akhirnya, ia memutuskan untuk tidak membeberkan keadaan Maria mengingat konsekuensi yang akan dihadapinya (dalam hukum Yahudi, hukuman mati dengan dirajam batu merupakan hukuman bagi orang yang berzinah), ia memutuskan untuk meninggalkan Maria secara diam-diam dan menyerahkannya pada penghakiman Tuhan. Pada saat itu, Tuhan menampakkan diri di hadapan Yusuf dan memintanya untuk tidak takut menikahi Maria.
Marilah sebagai seorang suami Kristen yang baik, kita berupaya memiliki rasa hormat, cinta dan penghargaan  terhadap isteri seperti sikap yang dimiliki Yusuf. 
St. Paulus menuliskan: "Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia." (Kol.3:19) Sikap ini merupakan usaha perlindungan terhadap kecurigaan yang tak beralasan, karena penilaian dan perbuatan ini dapat merusak hubungan perkawinan.
 Maria, isteri dan ibu yang patut dicontoh
Maria menerima keputusan Yusuf demi kebaikan Yesus dan dirinya. Maria mematuhi perintah Yusuf ketika pada malam hari Yusuf membawanya ke Mesir dan bahkan ketika mereka kembali ke Israel dan menetap di Nazaret. Walaupun Maria telah dipermuliakan tetapi ia tetap menuruti perintah Yusuf.
Di jaman modern ini, khususnya karena tekanan gerakan emansipasi wanita, peranan wanita sebagai isteri dalam keluarga telah terpengaruh sehingga hubungan suami-isteri seringkali berubah menjadi ajang perebutan dominasi dan kontrol dalam keluarga. Marilah kita sebagai pasangan tidak perlu saling ingin mendominasi maupun mengambil kontrol tetapi berupaya saling membina diri dan mengasihi serta menempatkan kepentingan pasangan terlebih dulu dengan tanpa mementingkan diri sendiri.  
Kasih Maria sebagai ibu terhadap Yesus seharusnya menjadi inspirasi dan pedoman bagi para ibu. Kita dapat melihat kasihnya terutama ketika Simeon mengatakan bahwa Yesus akan menjadi suatu tanda perbantahan dan suatu pedang akan menembus hati-Nya, (Luk. 2:34-35). Maria tidak menolak kesedihan ini terutama ketika mengetahui bahwa anaknya akan menjadi perbantahan dan ditolak banyak orang. Ketika mereka mengungsi ke Mesir, Maria menerima perintah dari Tuhan dan percaya bahwa Allah Bapa akan menjaga mereka.
Maria percaya, seperti halnya yang harus dilakukan oleh semua ibu, bahwa setiap orang yang mencintai Tuhan, seharusnya ia percaya bahwa segala yang terjadi adalah untuk kebaikan. Ini merupakan pelajaran penting bagi setiap ibu, terutama ketika sedang menghadapi kesulitan keluarga, agar para ibu tetap percaya pada penyertaanNya.
Cinta Maria kepada Yesus terlihat jelas ketika selama 3 hari Maria mencari Yesus dalam kesedihannya. Maria tidak putus asa, ia menghalau penderitaan dan kesedihannya. Sikapnya adalah se-mangat dan pengorbanan diri seorang ibu yang murni dalam mencapai kepenuhannya sampai di bawah kaki salib di kalvari. Maria berbagi air mata ibu-ibu yang sangat menderita terhadap peristiwa sedih yang terjadi pada anak-anak mereka. Para ibu dapat bercermin pada sikap, semangat dan hati yang simpatik Maria.   
Yesus, kaum muda dan anak yang patut dicontoh
Ketika Yesus ingin berada di Bait Allah, rumah Bapa-Nya karena digerakkan oleh Roh Kudus, Yesus terpisah dari ibu dan ayah-Nya,Yusuf. Setelah mereka menemu-kan-Nya, Yesus pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan Maria menyimpan semua perkara itu dalam hatinya. Yesus, walaupun tak terbatas besar-Nya dari kedua orang-tua-Nya, sebagai Anak Allah tetap menghormati mereka. Yesus menyadari wewenang Maria dan Yusuf sebagai orangtua yang dianugerahkan oleh Allah Bapa. Dengan kerendahan hati-Nya, Ia menghargai dan menghormati serta patuh kepada mereka sebagai orangtua.Yesus adalah contoh teladan sempurna bagi kaum muda.
Dalam kehidupan keluarga di jaman modern ini, banyak kita jumpai ada ketegangan dan penderitaan yang muncul justru berawal dari rumah. Hal ini timbul sebagai akibat dari pemberontakan kaum muda terhadap kekuasaan orangtua. Dalam hal ini orangtua perlu memiliki kebajik-an Kristiani mengenai ketaatan pada kekuasaan yang benar. Sikap ini perlu ditumbuhkan dengan kesadaran dan ke-rendahan hati dalam keluarga agar membentuk kebiasaan kaum muda untuk taat, hormat terhadap orangtuanya, se-hingga kaum muda juga terbiasa taat dan cinta pada Tuhan. Taat, rasa hormat dan cinta terhadap orang tua dan Tuhan ini merupakan jalan untuk melindungi kaum muda dari pengaruh negatif teman-temannya. Misalnya, pergaulan bebas dan penggunaan narkoba serta mabuk-mabukan.
Kaum muda bercerminlah pada sikap Yesus yang taat dan hormat serta mencintai orangtuanya sebagai anugerah dari Tuhan. Mari kita sebagai kaum muda senantiasa berupaya menumbuh-kembangkan sikap ini dengan penuh kerendahan hati dalam semangat mencintai dan melayani Tuhan, sehingga damai sejahtera itu ada dalam keluarga yang menjadi dambaan kita semua.
Kembali kepada Keluarga Kudus
Perdamaian harus dimulai dari keluarga karena keluarga merupakan sel Gereja dan sekolah religius pertama yang menjadi dasar perdamaian dunia. Marilah kita berdoa kepada Keluarga Kudus agar semua perkawinan dan keluarga diperbaharui dan diperkuat serta dilindungi dari pengaruh kehancuran yang merata dalam masyarakat modern dengan cara meneladani Keluarga Kudus dan mohon berkat mereka. Semoga setiap keluarga di Paroki Kristus Raja ini berupaya saling membina dan meneladani Keluarga Kudus Nazaret, Yesus, Maria dan Yusuf. (Hd.)