LINGKARAN ADVEN - pertobatan yang tak kunjung berhenti -

( 08-12-2018 )

Dalam masa Adven, empat minggu menjelang Hari Natal, nuansa gereja kita berubah. Tidak lagi terlihat dekorasi warna-warni. Di altar hanya di hiasi  'Lingkaran Adven' , 'Corona' atau roda atau mahkota yang terdiri dari  daun-daun cemara yang berwarna hijau dengan pita ungu dan empat buah lilin. Semua itu melambangkan penantian penuh harapan akan kepenuhan janji Tuhan.
Penghayatan selama masa Adven ini terwujud dalam liturgi yang diwarnai suasana pertobatan, kerinduan dan harapan akan kedatangan Tuhan.
Lambang pertobatan diungkapkan lewat warna ungu, baik pita pada lingkaran Adven, pakaian yang dikenakan imam dan petugas liturgi maupun hiasan-hiasan di seputar altar.
Lambang kerinduan dan pengharapan, misalnya diungkapkan lewat seruan Maranatha - "Datanglah ya Tuhan" dan hiasan daun-daun cemara hijau yang tak pernah kering pada aneka macam perubahan musim.
Empat lilin melambangkan jangka waktu empat minggu. Lilin-lilin tersebut dinyalakan satu demi satu selama empat minggu sebagai tanda kita mempersiapkan diri menyongsong Hari Natal. Kata 'mempersiapkan diri' mengandalkan sikap aktif dalam masa Adven berlangsung tahap demi tahap.
Selama masa Adven tak lagi ada nyanyian Te Deum Laudamus -kami memuji Dikau Tuhan- dan Gloria in exelsis Deo -Kemuliaan bagi Allah di surga-. Tetapi "Alleluia" tetap dimadahkan sebagai ungkapan kegembiraan, optimisme akan kedatangan dan penyelamatan Tuhan. Adven memang merupakan masa persiapan akan kedatangan Tuhan, juga kedatangan Kristus pada akhir zaman. Dan, kedatangan Tuhan itu menuntut pertobatan.
Lalu bagaimanakah Adven ini dihayati? Dari kata Adven itu sendiri memang berasal dari kata Latin Adventus yang berarti kedatangan. Karenanya Adven dihayati dalam konteks tiga arti kedatangan Tuhan: Perayaan Natal, kedatangan di akhir zaman, dan kedatangan dalam bentuk tanda dan lambang.
Maka, sikap yang harus kita miliki sebagai seorang  Kristen adalah, Pertama, siap siaga dan hidup sebagai pengikut Kristus; hidup damai, menerima orang lain apa adanya, dan bertobat. Kedua, optimisme, penuh harapan dengan terus menerus menjaga sikap tobat. Ketiga, kesiapan menyambut Tuhan lewat tanda dan lambang; dalam sakramen-sakramen, terutama Ekaristi dan dalam sabda-Nya. Melalui tanda-tanda itu, khususnya Ekaristi, kita dibentuk menurut citra Allah, berubah menjadi serupa Kristus dan diutus memberi kesaksian tentang kasih Allah. Dengan demikian tobat, kesiap-siagaan, optimisme, suka cita, dan memberi kesaksian tentang kasih Allah merupakan sikap terbaik yang perlu kita persiapkan secara aktif dalam menyongsong Tuhan yang akan datang.
Saudaraku, berharaplah, bertobatlah tak kunjung henti dan percayalah selalu, karena Tuhan akan datang. Dan itu berarti, dalam masa Adven ini kita diajak untuk selalu waspada, membuang segala kekhawatiran dan kelalaian yang tidak perlu supaya kita dapat semakin menghayati misteri penjelmaan Sabda menjadi Manusia yang hidup diantara kita. Dengan pesta penjelmaan ini kita akan semakin disadarkan bahwa Allah mengasihi kita dan bahwa persatuan kita dengan kasih-Nya terwujud dalam kehidupan bersama sebagai saudara dengan damai. Di sinilah damai Natal itu diharapkan bermakna  dan bergema dalam hati kita masing-masing. (Hd.)