MENGINTIP KEMULIAAN PASKAH

( 27-04-2015 )

Kisah pewayangan yang sangat menarik adalah Kresna Duta (Kresna menjadi utusan perdamaian). Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa Prabu Kresna menjadi duta para Pandawa untuk membicarakan hak Pandawa atas Kerajaan Hastinapura. Supaya tidak terjadi peperangan antara keluarga sendiri. Tetapi, Korawa tidak mau mengembalikan hak para Pandawa. Malah, Prabu Kresna diserang oleh para Korawa. Maka, marahlah Prabu Kresna dan berubah menjadi raksasa yang besar sekali bernama Bala Srewu yang mengerikan dan besarnya seperti gunung anakan. Prabu Kresna bisa berubah rupa karena dia adalah titisan Wisnu. Karena ditenangkan oleh para Pandawa, maka Kresna kembali berubah rupa tidak lagi menjadi raksasa, tetapi kembali seperti sediakala.

Kalau dalam kisah pewayangan Prabu Kresna yang ber-tiwikrama, berubah rupa. Maka, dalam kisah Injil, Yesuslah yang ber-tiwikrama, berubah rupa. Pada suatu ketika, Yesus mengajak Petrus, Yohanes, dan Yakobus naik ke atas gunung yang tinggi. Dalam kisah Kitab Suci, gunung melambangkan kediaman Allah atau yang Ilahi. Ketika sedang berdoa, wajah Yesus berubah dan pakaianNya menjadi putih berkilau-kilauan.  Tampak pula Musa dan Elia dalam kemuliaan sedang berbicara dengan Yesus tentang tujuan kepergian Yesus ke Yerusalem. Musa dan Elia kiranya melambangkan Taurat dan Nabi dalam Perjanjian Lama yang menjadi saksi tugas perutusan Yesus yang akan berpuncak pada penderitaan dan kematiannya di Yerusalem. “Bukankah Mesias harus menderita untuk masuk dalam kemuliaannya?” (Luk 24:26). Tujuan kepergian Yesus ke Yerusalem memang untuk mengalami kesengsaraan dan kematian di kayu salib. Tetapi tidak berakhir sampai disitu. Yesus akan mendapatkan kemuliaan dengan diangkat ke surga.

Pada saat itu, ketiga murid itu sedang tertidur. Ketika terbangun, mereka melihat Yesus dalam kemuliaannya sedang berbicara dengan Musa dan Elia. Ketika, kedua orang tersebut hendak meninggalkan Yesus, Petrus bereaksi : “Guru, alangkah baiknya kita berada di tempat ini! Biarlah sekarang kami dirikan tiga kemah...” tampaknya Petrus terkagum-kagum melihat kemuliaan Yesus, sehingga ingin terus memandangnya. Pada saat Petrus masih berkata-kata, datanglah awan menaungi mereka. Dan dari dalam awan keluarlah suara : “Inilah Anak-Ku yang kupilih, dengarkanlah Dia”.

Pesan yang ingin disampaikan oleh Yesus kepada para murid (Petrus, Yohanes, dan Yakobus) melalui pengalaman tersebut adalah supaya ketiga murid tersebut yang adalah para pilihan yang bisa diandalkan oleh Yesus bisa sedikit mengintip kemuliaan Paskah. Maksud Yesus jelas, supaya ketika Yesus mengalami penderitaan dan kematian di Yerusalem, ketiga orang ini justru bisa meneguhkan dan menguatkan para murid yang lain. Karena Yesus tahu bahwa ketika mereka berhadapan dengan penderitaan dan kematiannya, mereka pasti putus asa dan berkecil hati. Meskipun pada kenyataannya, hanya Yohanes yang bisa menangkap. Petrus dan murid yang lain terlambat menangkap maksud Yesus. 

Kita pun juga diminta tidak berkecil hati dengan “kekalahan” Yesus di kayu salib, karena justru dari sanalah kemuliaan itu akan kita dapatkan. Yang diminta dari kita adalah selalu mendengarkan Yesus sebagai Putera Terkasih Bapa. Mendengarkan sama artinya dengan setia mengikutiNya dan melaksanakan segala perintah dan ajaranNya. Tetap setia kepadanya, meski kadang salib dan penderitaan yang harus kita hadapi dalam hidup kita (Jo).