Kristus Meraja Dalam Hati Nurani Manusia

( 28-11-2018 )


Ketika Pilatus bertanya kepada Yesus, “Apakah Engkau raja orang Yahudi?”, Yesus menjawab dengan sebuah pertanyaan balik kepada Pilatus, “Apakah engkau katakan itu dari hatimu….?”. Jawaban dan sekaligus pertanyaan Yesus kepada Pilatus menjadi sebuah renungan bagi kita untuk memaknai Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam yang kita rayakan pada hari minggu ini sebelum kita memasuki masa Advent.
Dalam pembicaraan tentang pengakuan sebagai Raja dalam Inil Yohanes 18:33b-37,Yesus mengarahkan pembicaraan bersama Pilatus pada hati nurani secara personal. Pemahaman tentang kerajaan yang dijelaskan Yesus kepada Pilatus bukan dalam artian kerajaan duniawi pada umumnya yang dipahami pada waktu itu. Untuk dapat memahami penjelasan Yesus tentang dari mana Dia berasal, perlu hati nurani. Oleh karena itu, sebelum menjelaskan semuanya, terlebih dahulu Yesus menyentuh hati nurani Pilatus. Yesus hendak menjelaskan kepada Pilatus tentang misiNya dan darimana misi itu berasal. Misi Yesus adalah untuk bersaksi tentang kebenaran. Dan kebenaran itu hanya dapat dipahami dengan hati nurani yang jernih. Yesus menutup penjelasanNya pada Pilatus dengan kalimat “…setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu”. Dengan perkataan tersebut, Yesus mau menegaskan bahwa orang yang bisa memahami misiNya sebagai Raja yang pembawa kebenaran adalah mereka yang memiliki kebenaran dalam hati nuraninya.
Pertanyaan Yesus pada Pilatus tersebut menjadi pertanyaan untuk kita yang selama ini mengimani Dia Apakah kita menerima kehadiraNya dalam hati nurani kita atau kita mengimani Dia sebatas ritual peribadatan keagamaan? Secara lahiriah, kita bisa saja kelihatan sibuk untuk mengikuti dan mempersiapkan ritual keagamaan dalam ibadat kita. Tetapi hal itu belum cukup, dalam setiap peribadatan keagamaan yang kita ikuti, kita perlu membuka hati nurani kita dan mempersilahkan Yesus merajai diri kita. Semakin Yesus meraja, maka hati nurani kita akan semakin dijernihkan untuk mengimani setiap kebenaran Ilahi yang diwartakan. Dan ketika kita menjauh dari kebenaran tersebut, hati nurani kita akan memberi peringatan agar kita tetap berjalan bersama Yesus pada jalan yang benar.
Hati nurani kita percayai sebagai tempat dimana  suara Yesus memperingatkan kita ketika kita mulai berpikir untuk melakukan perbuatan yang tidak  benar. Ada saatnya ketika kita berpikir untuk berbuat sedikit salah itu tidak apa-apa,  tetapi kita mulai dicekam rasa gelisah, tidak tenang dalam diri kita. Itulah bentuk suara hati nurani yang mengingatkan kita seperti sebuah alarm yang akan membuat kita tersadar akan kesalahan yang hendak atau sudah kita lakukan. Seperti halnya alarm, hati nurani ini pun harus diaktifkan, karena jika kita terus mengabaikannya pada suatu ketika hati nurani akan kehilangan fungsinya. Dan jika ini terjadi, inilah awal dari datangnya dosa yang semakin meningkat hingga kita tidak lagi merasakan apapun ketika melakukan perbuatan yang salah. Semua dosa menjadi biasa saja, bahkan menjadi tidak peka pada dosa-dosa kita sendiri. Kita menjadi kebal terhadap teguran yang diberikan lewat hati nurani.
Hati nurani  merupakan anugerah yang diberikan Allah secara langsung untuk membekali setiap manusia dalam penciptaanNya. Semua manusia dikaruniai  hati nurani, yang kerap dipakai Allah untuk berbicara kepada kita. Tidak satupun orang yang hidup tanpa hati nurani.Allah akan terus berbicara kepada kita melalui media hati nurani ini. Semua tergantung kita, apakah kita mau membuka diri dan mempersilahkan Yesus meraja dalam hati nurani kita atau memilih untuk mengabaikannya.Hati nurani hanya akan memiliki fungsi apabila Yesus meraja di dalamnya. Hati nurani yang dirajai oleh Yesus  akan mengarahkan pandangan kita kepada kehendak Allah. Oleh karena itu, kita perlu  untuk melatih diri kita agar terus mau mendengarkan Yesus yang meraja di dalam hati nurani kita. Peka pada yang benar dan salah, peka pada kebutuhan sesama, merupakan cara yang sederhana untuk melatih hati nurani kita.
Minggu depan kita akan memasuki masa advent. Saat dimana kita melatih hati nurani kita untuk menghayati kehadiran Yesus yang telah merajai hidup kita. Kita diberi kesempatan  secara khusus hidup dalam rahmat pertobatan dan belaskasih pada sesama.  Dan secara khusus bersama dengan seluruh  umat di keuskupan Surabaya, kita menantikan kedatangan Tuhan dengan iman yang dewasa. Iman yang kita hidupi dalam kesetiaan pada hati nurani yang benar.Semoga Kristus Raja Semesta Alam merajai hati nurani kita sehingga kita bertumbuh dalam iman yang dewasa. (Rm. Dodik, CM)