ANTARA HATI DAN GEREJA

( 25-11-2018 )

'Sebagai para pengikut Kristus, dalam segala peristiwa hidup kita, kita diundang untuk menemukan makna mendalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang dikasihi Bapa. Kisah pengakuan Petrus yang menegas-kan, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup"  bukan hasil pemikiran dan pengamatan manusia, melainkan anugerah dari Bapa di surga sendiri. Pengaku-an iman yang benar ini membuka dan mengunci pintu Kerajaan Surga di mana orang mengalami kuasa dan kasih Allah. Jelas pada saat itu, tak bisa dipungkiri, pengalaman kasih Bapa ini membuat hatinya dipenuhi oleh penghiburan. Petrus bisa mengatakan hal itu karena kepekaan akan sentuhan Roh yang berasal dari Bapa. Kepekaan hati inilah yang menjawabi tuntutan Yesus sebagai pengikut-Nya. Kesungguhan dan ketulusan  hati Petrus mengasihi Bapa lewat Putera-Nya inilah akhirnya Yesus  menegaskan "Engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Mat. 16:18)
Memang, sejak Petrus menyangkal Yesus tiga kali, membuat dirinya berada dalam 'makam kehidupannya'. Dia seolah 'mati' bersama Yesus dalam kesendirian-Nya di makam, dan pengalaman itu menjadi persiapan bagi Petrus untuk mengalami 'kebangkitan' bersama Dia.  Namun tidak berarti bahwa dia kemudian mencari  jalannya sendiri lalu tidak kembali lagi kepada Bapa. Rupanya, dalam kesendiriannya, dalam ketidakberarti-annya, dalam keputusasaannya terhadap dirinya sendiri, dia tetap terbuka pada bimbingan Bapa dan tetap kagum terhadap Yesus.  Dan Yesuspun tidak berubah. Pilihan-Nya sejak awal tetap! "Engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku."
Pengalaman  iman akan kasih Bapa yang Petrus hadapi memberikan makna yang dalam bagi kita sebagai Gereja, umat Allah. Tentu kita pun pernah mengalami seperti Petrus, entah dalam bentuk apapun juga. Tapi mengapa Bapa tetap menerima Petrus dan kita dalam pangkuan-Nya. Karena kerahiman, pengampunan dan belas kasih Bapa lebih besar dari dosa-dosa kita semua. Namun perlu kita sadari meskipun Bapa yang penuh kerahiman, pengampunan dan belas kasih bukan berarti kita bisa begitu saja berbuat seenaknya dalam hidup ini. Kita perlu bekerja sama dengan Bapa bersama Roh Kudus-Nya dalam mewujudkan kedamaian, Gereja kecil di hati kita masing-masing yang sejak awal ditanam oleh Bapa.
Masalahnya, sejauh dan sedalam manakah hubungan hati kita dengan Bapa? Adakah kita memiliki hati yang peka seperti Petrus, sehingga kita memiliki Gereja kecil yang hidup dan peka di hati kita masing-masing, dimana Kristus hidup dan meraja di hati. Menurut pendapat saya, seberapapun besar dosa yang kita perbuat asal hati kita tetap terarah pada kerahiman Bapa dan mohon ampun, maka hati kita akan diteguhkan, dikuatkan, didorong  dalam membangun Gereja bersama sesama, seperti yang dikehendaki Bapa.
Pengalaman iman kita dalam menanggapi kasih karunia Bapa tentu mengalami pasang surut, jatuh bangun. Ke- manakah kita melangkah? Kita bisa membuat sejarah kegagalan atau keberhasilan. Namun yang terpenting Bapa yang berkarya dalam diri kita. Oleh karena itu, kita tidak perlu putus asa. Kita diharapkan berperan se-bagai wali yang bertanggung jawab atas peristiwa ke-hidupan. Melalui tangan kitalah "kekayaan, kebijak-sanaan dan pengetahuan Allah" (Rm. 11:33) di dalam sejarah hidup kita harus menjadi nyata. Kita harus yakin karena iman dan kepercayaan akan kasih-Nya, maka Bapa pasti akan memberikan yang terbaik dan tepat pada waktunya untuk hidup kita masing-masing, dimana segala harapan Bapa dan kita menjadi satu dan indah dalam hidup bersama Bapa untuk selama-lamanya. "Sebab segala sesuatu berasal dari Allah, ada karena Allah dan menuju kepada Allah. Bagi Dialah kemuliaan selama-lamanya!" (Rm. 11:36) Inilah tugas kita masing-masing sebagai pengikut-Nya. Sebab Gereja dibangun atas dasar pengakuan iman akan Yesus Kristus. Makin besar anugerah  kasih Bapa ini diberikan kepada Gereja, makin kuat pula Gereja dan makin terbuka pula Kerajaan Bapa di Surga.
Saudaraku, Yesus yang kita wartakan haruslah Yesus yang hidup di dalam hati kita masing-masing, sehingga kasih Bapa yang melampaui segala batas kekayaan, kebijaksanaan dan pengetahuan, perlu dibuktikan dari kehidupan iman kita masing-masing. Segala karya besar Gereja dan hidup orang-orang kudus membuktikan hal itu. Mereka mengenal Yesus dan kasih karunia Bapa dalam berbagai pengalaman kasih yang mereka hidupi dan hayati dalam hati yang diwujudkan dalam hidup Gereja berkat iman. Selamat berhari Minggu bersama keluarga. (Hd)