MENJADI KUDUS ADALAH PILIHAN HIDUP

( 27-04-2015 )

Adakah orang kudus? Tentu jawabnya ada, bahkan ada ratusan orang kudus di gereja Katolik. Gelar ini diberikan kepada mereka bukan karena gelar kehormatan tetapi gelar yang diperoleh dengan proses hidup yang sangat panjang. Padre Pius dari Italia selatan yang mendapat kelima luka stigmata Kristus pada tubuhnya dan sudah disebut oleh banyak orang sebagai orang kudus, tetapi barulah setelah proses yang berlangsung puluhan tahun Gereja mengakuinya sebagai orang kudus.

Allah adalah Pribadi Yang Maha Kudus, dan mengenai kekudusan Allah, tidak seorang berimanpun akan punya nyali untuk meragukannya. Allah memang harus kudus sebab kekudusan Allah itulah yang membuat manusia tertarik kepadaNya, atau malah merasa ngeri. Kekudusan adalah suatu efek dan juga relational sekaligus personal. Yang benar-benar kudus adalah Allah tetapi apa dan siapa saja yang dekat dengan Allah dapat menjadi kudus tergantung bagaimana bentuk relasi dan kualitas personal. 

Nabi Yesaya awalnya merasa sangat berdosa, ternyata perasaan tidak layak, najis bibir, adalah akses untuk Allah agar dapat melakukan sesuatu terhadap dirinya. Sebab “ seorang dari para Serafim itu terbang mendapatkan aku. Di tangannya ada bara api…ia menyentuhkan bara api itu pada mulutku…” dan kesalahan Yesaya dihapus dan dosanya diampuni. Tindakan pengudusan Allah ini bagaikan gayung bersambut: Yesaya sadar bahwa ia telah menjadi kudus dan harus berbuat sesuatu, maka ia menggucapkan  “ komitmen atau profesi religiusnya: inilah aku, utuslah aku. (Yes 6:8)

St. Paulus  “ditangkap” oleh Yesus dalam perjalanan ke Damsyk, karena itu dia mendapat pengaruh yang kudus dari Allah. Dia sangat menyadari campur tangan Allah dalam hidup dan karyanya dan mengatakan semuanya hanya karena kasih karunia Allah. Dan sebagai buah dari kedekatannya kepada Yesus, buah kekudusannya, adalah komitmennya untuk bekerja keras menguduskan semua orang dengan mewartakan Kristus yang bangkit sebagai Juru Selamat.(1 Kor. 15:10)

Petrus dan para Rasul lainnya bekerja sepanjang malam menangkap ikan, mereka terpisah dengan Yesus, dan tidak menangkap seekor ikan pun. Namun ketika Yesus datang ke perahu dan meminta mereka menebarkan jala, mereka menangkap ikan sangat banyak. Efeknya adalah Petrus menyadari keberdosaannya. Kepada Yesus Petrus berkata, “ Tuhan tinggalkanlah aku, karena aku ini orang berdosa”.  Dari ungkapan Petrus ini Yesus tahu bahwa dalam diri Petrus ada “tanah subur” untuk menanamkan sesuatu dan Yesus memberikan kepadanya untuk hidup kudus.

Dari pengalaman Yesaya dan para Rasul jelas bagi kita bahwa kekudusan adala anugerah Tuhan, bukan takdir. Namun semua orang dapat menjadi kudus bila dirinya mau  dan berusaha untuk menggapainya. Jadi kekudusan adalah anugerah tetapi juga pilihan hidup yang terus menerus diperjuangkan oleh setiap manusia yang percaya pada Kristus. Dengan relasi personalnya dengan Kristus dirinya telah dikuduskan sekaligus dipanggil untuk menguduskan semua orang bekerja sama dengan Tuhan sendiri pribadi Yang Maha Kudus.(Rm. Kukuh CM.)