BERPEGANG PADA PERJANJIAN

( 08-04-2015 )

Iman diuji dalam kesulitan. Kemurnian dan ketangguhan iman seseorang akan sungguh-sungguh terlihat kwalitasnya justru di saat ia menghadapi situasi sulit dalam hidupnya. Iman yang kuat akan membuat seseorang tetap percaya kepada Tuhan dan ia rela kehilangan apapun demi melaksanakan kehendak Tuhan.

Saudara-saudari sekalian, Abraham merupakan salah seorang tokoh yang mengajarkan kepada kita dalam menghidupi imannya kepada Tuhan. Iman Abraham kepada Tuhan tentu tidak sekali jadi, melainkan melalui sebuah proses yang panjang. Dalam proses yang panjang itu, Abraham tidak jarang mengalami pengalaman pahit. Namun, satu hal yang menjadi pembeda Abraham dari kebanyakan orang adalah ia tetap bertahan dalam imannya dan tetap berpegang akan janji Tuhan. Karena keyakinan dan kepercayaannya kepada kuasa Tuhan tersebut, sampai-sampai ia rela mengorbankan Ishak, anaknya. Sebuah sikap yang mungkin terkesan berlebihan bagi kita. Tetapi, makna yang dapat kita petik dari sini adalah, bahwa bagi mereka yang telah percaya dan yakin sepenuhnya akan kuasa Tuhan dalam hidupnya, segala sesuatu yang mereka punyai seolah-olah tidak ada guna dan nilainya lagi selain Tuhan sendiri. Artinya, mereka tidak lagi sibuk  menghambakan diri kepada harta benda dan segala yang mereka punyai, melainkan menggunakan semua itu sebagai sarana yang berdaya guna untuk semakin mencintai dan mengimani Allah secara total.

Dalam bacaan Injil kita juga melihat bagaimana Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk berani menghadapi hidup yang penuh tantangan dan kesulitan. Petrus, Yakobus, dan Yohanes yang mewakili para rasul yang menyaksikan peristiwa Yesus berubah rupa di atas Gunung, merasa sangat nyaman dan bahagia setelah mereka menyaksikan peristiwa tersebut. Oleh karena itu mereka ingin tinggal lebih lama di situ. Tetapi, Yesus mengingatkan mereka, bahwa peristiwa tersebut hendaklah tidak membuat mereka terlena dan lupa akan misi mereka, yakni mewartakan Karya Keselamatan Allah bersama Yesus.

Saudara-saudari terkasih, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita berani berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan dan kehendak-Nya? Sudahkah kita mengusahakan hidup yang sejalan dengan kehendak Tuhan? Ataukah kita masih sangat terikat dengan egisme diri dan keinginan-keinginan pribadi kita?

Saudara-saudari sekalian, hari ini merupakan Hari Minggu Prapaskah I. Semangat Masa Prapaskah adalah mengajak kita semua untuk bertobat. Sikap tobat sejati tidak lain adalah berbalik kepada Tuhan, setia mengimaninya, dan mengutamakan kehendak-Nya di atas kehendak pribadi sembari diiringi sikap pantang dan puasa.. Itulah yang diajarkan oleh Yesus dan Abraham hari ini.

Sejalan dengan tema APP tahun 2015 “Keluarga Sebagai Sekolah Iman yang Penuh Sukacita”, marilah kita membangun sikap tobat secara nyata dengan meningkatkan doa-doa keluarga dan mengajarkan iman akan Yesus Kristus kepada anak-anak dan sesama kita.

Selamat memasuki masa Prapaskah. Tuhan memberkati. Fr.Moses CM.